Obat Asam Urat dan Awet Muda

Obat Asam Urat dan Awet Muda
Obat Asam Urat dan Awet Muda

Kamis

BERUBAH MENJADI LEBIH BAIK


×
BONUS BERKAH

Sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, bahwa dahulu kala ada seorang lelaki yang telah membunuh 99 orang. Lelaki ini telah berlumuran darah dan dosa, jari jemarinya, pakaiannya, tangan dan pedangnya semuanya penuh aroma dosa. Sesudah dirinya berlumuran dengan kejahatan dan dosa besar ini, dia menyadari kesalahannya. Maka ia pun berusaha mencari ampunan atas semua dosa-dosa yang telah di perbuatnya. Ia berlari bagaikan seorang yang mabuk, gelisah, dan ketakutan seraya bertanya-tanya kepada semua orang, "Katakan padaku, apakah aku masih bisa diampuni?"


Orang-orang yang ditemuinya pun menjawab, "Kami tidak tahu, tetapi kami akan menunjukkanmu kepada seorang rahib yang tinggal di kuilnya, maka sebaiknya kamu pergi kesana dan tanyakanlah kepada rahib itu, apakah dirimu masih bisa diampuni."


----------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------

Pendosa itu pun kemudian menyadari bahwa tiada yang dapat memberi fatwa dalam masalah ini, kecuali hanya orang-orang yang ahli dalam hukum Allah. Maka ia pun pergi kesana, ke tempat rahib itu, seorang ahli ibadah dari kalangan kaum Bani Israel.

Dia pergi melangkah dengan cepat dan tergesa-gesa serta penuh penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya. Sesampainya disana ia pun langsung mengetuk pintu kuil si rahib tersebut.

Begitu pintu dibuka, lelaki pembunuh itu langsung masuk, dan tubuhnya yang beraroma penuh dosa itu sungguh membuat si rahib kaget dan takut bukan kepalang.

Si rahib berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu."

Si pembunuh bertanya, "Wahai rahib ahli ibadah, aku telah membunuh 99 orang, maka masih adalkah jalan bagiku untuk bertaubat?"

Si rahib spontan menjawab, tiada taubat bagimu." Jawaban spontan dari sang rahib tersebut sungguh membuat si pembunuh ini putus asa memandang kehidupan ini. Di matanya, dunia ini terasa gelap, kehendak dan tekadnya melemah, dan indahnya harapan yang sebelumnya terlihat di matanya pun musnah.

Serta merta si pembunuh ini pun mengangkat pedangnya dan membunuh rahib itu sebagai tumbal untuknya guna menggenapkan 100 orang manusia yang telah dibunuhnya. Kemudian ia berlari keluar menemui orang-orang dan bertanya lagi kepada mereka, bukan karena alasan apapun, melainkan karena jiwanya sudah sangat merindukan untuk bertaubat dan kembali ke jalan Tuhannya serta menghadap kepada-Nya.

Ia bertanya kepada mereka, "Masih adakah jalan bagiku untuk bertaubat?"

Mereka menjawab, "Kami akan menunjukkanmu kepada Fulan bin Fulan, seorang ulama, bukan seorang rahib, yang ahli tentang hukum Allah. Semoga dia bisa membantumu menemukan jawabannya."

Setelah si pembunuh itu ditunjukkan ke tempat seorang alim ulama, maka si pembunuh itu pun pergi menemui orang alim tersebut yang pada saat itu sedang berada di majlisnya untuk mengajarkan amal kebaikan dan mendidik umat. Orang alim itu pun tersenyum menyambut kedatangannya, dan dengan hangat mengajaknya masuk dan mendudukkan dia di sebelahnya serta menghormatinya.

Ia bertanya, "Apakah keperluanmu datang kemari?"

Si pembunuh menjawab, "Aku telah membunuh 100 orang yang tidak berdosa, maka masih adakah jalan taubat bagiku?"

Orang alim itu balik bertanya, "Lalu siapakah yang menghalang-halangi antara kamu dengan taubat dan siapakah yang mencegahmu dari melakukan taubat? Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan, bergembiralah dengan perkenaan dari-Nya, dan bergembiralah dengan taubat yang tulus."

Si pembunuh berkata, "Aku mau bertaubat dan memohon semoga Dia menerima taubatku."

Selanjutnya orang alim itu berkata kepadanya.

"Sesungguhnya engkau tinggal di kampong yang jahat, karena sebagian kampong dan sebagian kota itu adakalanya memberikan pengaruh untuk berbuat kedurhakaan dan kejahatan bagi para penghuninya.

Barang siapa yang lemah imannya di tempat seperti itu, maka ia akan mudah berbuat durhaka dan akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta menggampangkannya untuk melakukan tindakan menentang Allah, sehingga akhirnya ia terjerumus ke dalam lembah yang gelap dan jurang kesesatan.

Akan tetapi, apabila suatu masyarakat yang di dalamnya ditegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu kejahatan bagi para hamba.

Oleh karena itu, keluarlah kamu dari kampong yang jahat itu dan hijrahlah menuju ke kampong yang baik.

Gantikanlah tempat tinggalmu yang lalu dengan kampong yang baik dan bergaullah kamu dengan para pemuda yang shalih yang akan menolong dan membantumu untuk bertaubat."

Dan akhirnya, sang pembunuh pun meninggalkan kampong itu dan pergi ke tempat yang ditunjuk oleh orang alim tersebut. Dalam perjalanannya kesana, ia terus menangis dan menangis menyesali semua perbuatannya selama ini. Dari satu kampong ke kampong lain telah dilewatinya dan dia pun semakin dekat dengan tempat yang dituju, sang pembunuh ini meninggal di tengah perjalanan.

Maka turunlah malaikat yang saling memperebutkan sang pembunuh, malaikat yang satu berkeyakinan untuk melemparkannya ke dalam neraka, sedangkan malaikat yang satunya lagi berkeyakinan untuk memasukkannya ke dalam surga.

Karena perebutan terus terjadi dan tak ada tanda-tanda akan berhenti, maka mengadulah kedua malaikat itu kepada Allah SWT. Allah SWT memberikan perintah untuk mengukur jarak antara kampong maksiat dengan tempat yang dituju. Setelah diukur, ternyata sang pembunuh sudah mendekati jarak dengan kampong orang alim (tempat yang ditujunya). Maka surgalah tempat orang itu berada.

Subhanallah… sungguh besar sekali pengampunan Allah SWT kepada hambanya. Tak terkirakan dosa yang dilakukan manusia, namun Allah SWT tetap memberikan ampunan selama orang tersebut mau bertaubat dengan taubatan nasuha.


bisnis baru ustad yusuf mansur