Qadha adalah mengganti
atau membayar kewajiban yang ditinggalkan. Qadha puasa salah satunya. Saat haid
atau nifas, wanita tak wajib membayar salat yang ditinggalkannya. Berbeda
dengan salat, puasa yang ditinggalkan harus diganti di lain hari. Kondisi suci
dari haid dan nifas sendiri merupakan salah satu syarat puasa selain keislaman,
baligh dan kesanggupan menjalaninya (tidak sakit/uzur).
Kata qadha adalah
bentuk masdar dari kata qadhaa, yang artinya memenuhi atau melaksanakan. Fikih
islam menyebut qadha sebagai pelaksanaan suatu ibadah di luar waktu yang telah ditentukan.
Qadha puasa Ramadhan sendiri dalilnya termaktub di surat al-Baqarah ayat 184.
Masyhur membayar
puasa yang ditinggalkan bisa dilakukan sepanjang hari, kapan saja di bulan
selain bulan Ramadhan. Lebih lanjut, sebagian ulama menetapkan bahwa meng-qadha
puasa Ramadhan yang ditinggalkan hendaklah beriringan, tak boleh
berselang-selang. Namun, sebagian ulama lain membolehkan berselang-selang.
Diriwayatkan oleh
Ad Daruquthni ibn Umar bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Qadha Ramadhan
boleh berselang dan boleh pula dengan beriringan.”
Mafhum hadis ini
apabila seseorang meninggalkan puasa lima hari umpamanya, ia boleh
meng-qadha-nya sehari, berselang dan boleh juga terus-menerus kelima hari asal
dalam tahun itu juga menjelang Ramadan yang berikutnya.
Disebutkan dalam
Al-Bahar, bahwa Daud berkata; “Hendaklah orang yang meng-qadha puasanya,
menyesuaikan waktu qadha dengan waktu meninggalkan puasa. Jika ditinggalkan
puasa itu di awal bulan, hendaklah ia meng-qadha-nya di awal bulan pula.”
Pendapat yang
paling masyhur mengenai ini adalah qadha puasa boleh dilakukan kapan pun selama
hari-hari itu bukan hari yang diharamkan untuk berpuasa, semisal di 2 hari raya
(idul fitri dan idul adha) dan hari tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 bulan
dzulhijjah). Kapan pun sepanjang tahun, mana suka. Berurutan, berselang,
disegerakan, ditakhirkan, atau kapan pun juga, qadha puasa boleh dijalankan
sampai bulan puasa berikutnya menjelang.
Hadis riwayat Imam
Bukhari dari Aisyah menyebut. “Atasku ada puasa Ramadan, maka aku tidak
meng-qadha-nya sehingga datanglah bulan syaban tahun berikutnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar