Obat Asam Urat dan Awet Muda

Obat Asam Urat dan Awet Muda
Obat Asam Urat dan Awet Muda

Selasa

MENGELOLA SPIRITUAL DENGAN PENGENDALIAN LIFESTYLE



Bila kita perhatikan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan, baik di kota-kota besar maupun di daerah pedesaan, sekarang banyak sekali muncul berbagai penyakit. Tidak hanya penyakit-penyakit yang biasa atau umum, tetapi penyakit-penyakit baru pun mulai tumbuh. Mengapa? Alasan yang paling mendasar adalah pola hidup yang buruk.

Dari segi makanan, misalnya. Pasa zaman yang serba instan dan cepat ini, makanan yang serba siap saji, biasanya disebut dengan fast food, sangat digemari. Selain sangat praktis dan tidak memakan banyak waktu, makanan ini terlihat lebih menarik karena tersaji dalam kemasan, aroma serta penampilannya tampak menggiurkan. Bagaimana tidak praktis, bila kita ingin memasak makanan tersebut, semua bahan yang akan diolah tinggal tuang, masak sebentar, selesai. Makanan bisa segera dinikmati tanpa perlu repot mengolahnya. Ironisnya lagi, makanan ini memiiki kelebihan tersendiri, yaitu bila tidak dikonsumsi, akan tetap awet hingga berbulan-bulan bahkan bisa tersimpan hingga bertahun-tahun.

Ini yang menyebabkan ibu-ibu tidak harus setiap hari berbelanja ke pasar tradisional, melainkan cukup ke supermarket. Karena cukup sebulan sekali, persediaan bahan makanan untuk memenuhi rentang waktu tersebut sudah terpenuhi. Begitu pula bila ingin membuka restoran atau warung makanan, tidak perlu khawatir makanannya tersimpan untuk berbulan-bulan.

Dari semua kemudahan serta kelebihan makanan tersebut, pernahkah terpikir dampak pada orang yang mengkonsumsinya? Dampaknya sudah pasti bisa ditebak, tanpa disadari berbagai penyakit datang menghampiri. Mungkin tidak terpikirkan oleh kita bahwa biasanya di dalam makanan yang serba instan ini terdapat zat adiktif yang mengandung pengawet dan penguat rasa. Dalam berbagai penelitian, zat-zat inilah pemicu terjadinya kanker, kolesterol, serta penyumbatan pembuluh darah yang berakibat pada strok atau serangan jantung.

Riskan sekali bagi penikmat makanan ini, yang utamanya adalah anak-anak dan para pekerja, apalagi yang hidup di kota besar. Kesibukan yang sedemikian padat oleh jadwal sekolah atau tuntutan pekerjaan yang begitu ketat, seringkali menyebabkan pola makan pun menjadi tidak teratur, misalnya, makan siang terlewatkan karena jalanan macet sehingga alternative paling gampang, mampir ke warung atau restoran cepat saji. Di sana, makanan yang disajikan sangat menggoda, dan setiba di rumah pun, sang ibu menyiapkan mi instan sebagai hidangan makan malam. Pada lain hari, karena kesibukan yang padat pula, tidak ada kesempatan untuk makan, jatah makan siang disantap dalam satu waktu, yaitu pada malam hari. Porsi dobel!

Kejadian itu berulang setiap waktu, hingga akhirnya menjadi habit atau kebiasaan. Makanan yang mengandung zat-zat berbahan kimiawi itu menimbulkan rangsangan “kecanduan”. Artinya, bila mengkonsumsi makanan yang bersiafat alamiah, sudah tidak terasa lezat lagi. Ditambah makan berlebihan atau tidak terpola, terjadilah penumpukan berbagai penyakit. Pada usia muda yang produktif, terjadilah penumpukan berbagai penyakit. Pada usia muda yang produktif, penyakit yang menghampiri menghabiskan banyak biaya, menyusahkan orang-orang untuk merawat kita, mengantarkan ke dokter, bahkan mungkin membantu dalam hal biaya. Waktu yang sebenarnya bisa lebih bermanfaat dan disyukuri dengan beraktivitas, kini menjadi sia-sia karena tidak banyak lagi tenaga yang tersisa.

Hal tersebut dialami oleh seorang teman saat diutus perusahaan untuk pergi ke jepang menempuh studi selama satu tahun. Sang anak dititipkan ke rumah nenek, dari sinilah muncul permasalahan. Karena begitu sayang, setiap apa yang diminta oleh cucunya selalu dipenuhi sang nenek, termasuk keinginannya untuk memakan mi instan setiap hari.

Genap setahun, sang ibu pulang ke tanah air. Penuh harapan dan kerindun ingin segera memeluk buah hati tercinta. Berbagai oleh-oleh dan tabungan karena karier yang meningkat dibawanya. Namun, apa yang terjadi? Putra semata wayangnya kini menderita penyakit ginjal. Penyakit menyerang organ vital si anak di usianya yang masih remaja. Dan sayangnya ia tidak tertolong saat sang ibu tiba di tanah air. Miris sekali rasanya. 

Begitu banyak orang di sekitar kita yang harus meninggalkan orang-orang yang dicintainya dengan begitu cepat karena berbagai penyakit, seperti strok, jantung, kencing manis, gagal ginjal, dan kenker. Ini seharusnya membuat kita introspeksi diri. Alangkah indahnya meninggal pada saat yang baik, seperti habis shalat shubuh, sedang wirid, tidak ada suatu penyakit apapun, tiba-tiba Allah memanggil kita. Tidak terbaring di rumah sakit berbulan-bulan, menyusahkn diri dan orang-orang tercinta.

Satu hal lagi yang memprihatinkan, ketika sudah mengetahui penyakit yang menyerang kita, “Wah, makanan yang saya makan ini tidak sehat,” “Wah, saya bakal terkena penyakit kanker, osteoporosis, diabetes, jantung, dan sebagainya,” apa yang kita lakukan untuk mengatasinya?

Biasanya, kita menenggak obat-obatan pencegah atau suplemen. Sayangnya, obat-obatan tersebut juga berbahan kimia, yang tentu saja memiliki efek samping yang merugikan. Walhasil, penyakit yang mau dicegah menjauh, tetapi penyakit tidak diundang menghampiri. Contohnya, ketika kita minum suplemen kalsium dengan maksud menyembuhkan osteoporosis, ternyata setelah mengkonsumsi secara rutin, penyakit tersebut hilang, tetapi gagal ginjal sebagai efek sampingnya.

Selain gaya hidup yang serba instan, mengonsumsi banyak makanan yang tidak thayyib juga berarti kita telah gagal mengelola spiritual. Sebagai contoh, mereka yang tidak dekat dengan Sang Pencipta. Allah berfirman, “Walladzi anzala al-sakinata fi qulubil mu’minin (Dialah Allah Yang Menciptakan ketenangan).” Lalu, apa ada hubungan ketenangan dengan kesehatan? Jawabannya, ya. Subhanallah.

Kalu berbicara tentang hormonal, saat kita merasa tenang, itu berarti hormone melatonin, serotonin, dan endorphin sedang bekerja. Sebaliknya, saat kita merasa cemas, hormone adrenalin dan cortisol-lah yang sedang bekerja.

Orang-orang yang mudah stress dan gelisah akan lebih mudah terjangkit penyakit. Sementara mereka yang pengelolaan emosinya lebih baik cenderung sehat. Marilah kita amati! Di perkotaan, orang lebih banyak mengalami kecemasan. Gaya hidup yang serba terburu-buru serta penuh dengan tekanan, membuat orang-orang sibuk lalu-lalang mengejar sukses dan karier tanpa kenal waktu. Stres dan ketakutan pun muncul. Oleh karena itu, mereka akan mencari ketenangan. Lagi-lagi kesalahan dilakukan. Ketenangan yang mereka cari ternyata tidaklah baik bagi kesehatan. Dugem (dunia gemerlap), narkoba, dan seks bebas adalah bagian dari pencarian ketenangan yang tidak benar. Ketenangan semu semacam itu justru berdmpak pada kegelisahan yang mendalam. Semakin sibuk, semakin jauh dari Allah. Shalat menjadi jarang dilakukan. Kalaupun shalat, pikirannya ke mana-mana, tidak khusyuk karena mengingat banyak hal.

Inilah penyakit baru yang menyerang manusia zaman sekarang, yaitu penyakit llifestyle. Tubuh kita ibarat besi yang tidak dirawat, dibiarkan begitu saja di jalanan. Terkena hujan dan panas matahari yang datang silih berganti. Alamiahnya sang besi akan menjadi karatan setelah beberapa tahun. Lebih parahnya lagi, seseorang datang menyiram sang besi dengan bahan kimia, racun-racun dan kotoran. Dalam sekejap, hanya dalam hitungan bulan, sang besi pun menjadi karatan dan tidak berguna. Kulitnya mengelupas dan tidak berharga. Begitulah proses alamiah tubuh kita. Apabila kita terbiasa dengan lifestyle yang buruk, bersiaplah menjadi manusia karatan. Pertanyaannya sekarang, apakah anda juga menjalani gaya hidup yang demikian?


bisnis baru ustad yusuf mansur