Obat Asam Urat dan Awet Muda

Obat Asam Urat dan Awet Muda
Obat Asam Urat dan Awet Muda

Senin

MUTIARA HIKMAH DALAM IBADAH HAJI DAN UMRAH

Dalam pelaksanaan Ibadah Haji dan Umrah timbullah suatu aktivitas untuk  mengenali, mencari hikmah dari segala macam bentuk ciptaan Allah Swt. termasuk di dalamnya hal-ihwal dalam pelaksanaan ibadah haji, yang pada umumnya banyak lokasi-lokasi yang menjadi tempat utama dalam ibadah hajji itu sendiri. Sedangkan lokasi tersebut erat sekali hubungannya dengan sejarah perjuangan Nabi Ibrahim as, isteri dan anaknya (Nabi Isma’il as) yang mengandung unsur-unsur pembinaan spiritual bagi generasi ummat manusia (ummat Islam) di masa-masa mendatang. Di antara sekian banyak mutiara hikmah yang terdapat dalam ibadah hajji. Adalah:

1.   Islam sebagai penerus syari’at Nabi Ibrahim as.
Dengan jelas sejarah menerangkan bahwa, dua orang putera Nabi Ibrahim as, yaitu Nabi Isma’il as, anak dari isterinya Siti Hajar, yang selanjutnya berdomisili di daerah Hijaz (Saudi Arabia). Dari keturunan beliau inilah menurunkan para Raasul/Nabi dari bangsa Arab, sampai kepada Nabi terakhir, Muhammad Saw.

Ibadah haji dan ‘umrah yang dilaksanakan oleh ummat Islam dewasa ini, adalah sebagai bukti nyata kesinambungan antara syari’at Nabi Ibrahim as. dengan syari’at Nabi Muhammad Saw sekaligus merupakan data sejarah, yang objektif, bhawa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, termasuk salah satu agama yang meneruskan ajaran-ajaran para Rasul/Nabi sebelumnya, sampai kepada Nabi Ibrahim as. oleh karena itullah, Islam termasuk Agama Samawiyah yang masih di akui oleh Allah Swt. kebenarannya.

Adapun putera beliau yang kedua, adalah Nabi Ishak as. anak dari isterinya Sarash, yang menetap di tempat asalnya Palestina (Yarusalem), menurunkan cikal bakal dari para Rasul/Nabi bangsa Israel sampai ke Nabi Isa as. dengan membawa agama Nasrani/Kristen. Namun demikian, dalam kenyataannya sekarang ini, warisan Nabi Ibrahim as. sudah ditinggalkan oleh ummat Kristiani diantara adalah ibadah haji dan ‘umrah. Ini salah satu bukti yang tercatat dalam sejarah, bahwa agama Nasrani telah mengalami perubahan dari aslinya dan dikarang oleh manusia (Pastor N.J. Weinstein. S.C.J).

2.   Unsur pembersihan sifat diskriminasi
Segala kegiatan ‘amaliyah dalam ibadah haji/’umrah, dikerjakan bersama-sama, bercampur-baur di antara  satu sama lain, tanpa ada lokasi khusus untuk memisahkan antara bangsa kulit putih, sawo matang maupun kulit hitam. Ataupun disediakan tempat-tempat istimewa bagi para pembesar, golongan ningrat, golongan elete dan lain sebagainya. Di samping itu pula, pakaian mereka seragam (pakaian ihram) tanpa ada ciri-ciri khas identitas, kebebasan. Inilah sebagai bukti nyata, bahwa Islam tidak mengenal perbedaan di antara satu dengan yang lain. Mereka pada sama di sisi Allah Swt, kecuali satu ya’ni taqwa.

3.    Unsur kesatuan dan persatuan
Pertemuan akbar dari ummat Islam seluruh pelosok permukaan bumi ini, dari berbagai macam suku, bangsa, bahsa, negara serta warna kulit, tanpa diundang secara formal kecuali hanya memenuhi panggilan beribadah kepada Allah Swt, berbeda di satu lokasi di Makkah. Ini mendidik rasa jiwa kesatuan dan persatuan ummat Islam sedunia (Internasional). Barangkali, cara yang sudah dipelopori oleh Islam sejak abad ke VI. M, baru dapat di contoh oleh dunia non Islam pada abad ke XIX. M yang dinamai Volkenbond (PBB).

Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal satu-sama lain” (Q.S. Al-Hujurat: 13)

Khusus bagi kita bangsa Indonesia, sewaktu dijajah oleh Belanda, sangatlah sukar untuk bertatap muka, temu wicara, tukar pendapat dan lain sebagainya di antara pemuda-pemuda kita yang terbesar di seluruh pelosok tanah air, karena setiap langkah dan gerak pemuda kita selalu dicurigai oleh Belanda. Maka Alhamdulilah, sewaktu mereka berada di bawah lindungan Ka’bah dan di Padang ‘Arafah dapatlah kita berbincang-bincang seperlunya (tanpa mengurangi ibadah), Barangkali, hasil dari pertemuan inilah pemuda Indonesia diilhami apa yang disebut dengan”Sumpah Pemuda” tahun 1982, sehingga hasilnya dapat mengusir penjajah Belanda dan akhirnya kita merdeka. Kalau dihubungkan dengan salah satu nama Baitullah yaitu Baitul’atiq (rumah kemerdekaan), maka kemerdekaan bagi pribadi yang menjalani ibadah haji/umrah dari azab Allah, juga kemerdekaan bangsa dan negara kita dari tangan penjajah. Tapi yang jelas, dengan jiwa persatuan itu, bangsa Indonesia, khusus ummat Islam, bersaru, saling bahu-membahu, mengusir penjajah Belanda maupun menumpas pengkhianatan PKI/ G.30.S.

4.   Mengandung unsur-unsur ibadah yang lain
Dalam praktek ibadah haji dan umrah secara tidak langsung terdapat gabungan dari beberapa unsur ibadah yang lain, di antaranya.
Ibadah shalat.
Hal ini terbukti bahwa Baitullah sebgai titik temu antara ibadah shalat dengan hajji/’umrah, yaitu sebgai arah kiblat dalam shalat dan sebagai tempat thawaf bagi ibadah haji/umrah. Namun demikian Baitullah bukan sasaran (obyek) yang dipuja dan disembah. Tapi kesemuanya itu merupakan simbolis kesatuan arah dan tujuan hidup yakni menyembah dan beribadah kepada Allah Swt. dan ini  bukti dengan alasan:
Secara naqliyah; firman Allah: “Maka hendaklah mereka menyembah  Tuhan (Allah) pemilik rumah ini (Ka’bah)”. (Q.S. Al-Quraisy : 3)
Secara aqliyah; bahwa orang boleh saja shalat menghadap ke mana saja, apabila mereka kehilangan (tidak mengerti) arah kiblat yang sebenarnya. Andaikata kalau Ka’bah itu yang disembah, sudah barang tentu hal itu tidak boleh dilakukan, kalau tidak persis betul di mana Ka’bah itu berada.

Ibadah puasa
Hal ini dapat kita rasakan, apa yang dialami oleh orang yang sedang berpuasa, seperti lemah, payah, haus, lapar, tidak boleh bicara yang kotor, tidak boleh campur dengan isteri, menyakiti orang lain. Tapi sebaliknya, ibadah, dzikir, shadaqah harus diperbanyak, dan lain sebgainya, maka inipun terdapat dalam ibadah haji/umrah.
Zakat
Hal ini dapat dirasakan, obyek dari zakat tersebut adalah pengorbanan material. Maka dalam melakukan ibadah haji/umrah, pengorbanan material ini syarat muthlak, yaitu untuk ongkos keperluan dalam perjalanan ke Makkah.

5.   Dorongan untuk berkreaktif mencari rezeki
Salah satu syarat yang menentukan untuk menunaikan ibadah haji/umrah adalah ongkos (biaya) perjalanan pualang-pergi dan keluarga yang ditinggalkan. Hal mana mendorong agar kita berkreaktif, bekerja mencari rezeki yang halal. Tidak hanya sekedar berpangku tangan menyerah nasib saja kepada Allah. Dorongan ini terlihat dengan dalam Al-Quran:

Apabila telah (selesai) menunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah (rezeki) dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (Q.S. Al-Jumu’ah : 10).

6.   Keuntungan material dan spiritual bagi negara R.I
Dengan dikoordinirnya ibadah haji/umrah ini boleh Pemerintah c.q. Departemen Agama, maka sedikit banyaknya akan menambah devisa negara kita. Di samping untuk keharmonisan hubungan Internasional antara pemerintah R.I dengan pemerintah Saudi Arabia, dan keakraban ukuwah Islamiyah karena kedua negara tersebut sama-sama mayoritas beragama Islam.


bisnis baru ustad yusuf mansur