Obat Asam Urat dan Awet Muda

Obat Asam Urat dan Awet Muda
Obat Asam Urat dan Awet Muda

Kamis

AZAB ALLAH UNTUK ANAK DURHAKA



Sebut saja namaku Yahya, aku seorang anak yatim. Ayahku meninggal dunia ketika aku masih duduk di bangku SD. Sejak itu, ibuku harus bekerja membanting tulang untuk mencari nafkah. Ibuku menjadi kepala keluarga pencari nafkah, sekaligus menjadi satu-satunya orang yang merawat diriku hingga dewasa. Ibu bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk membiayai hidup kami.

Aku adalah anak satu-satunya. Dengan kegigihannya mencari nafkah, ibuku berhasil membiayai pendidikanku sampai selesai dari universitas. Itu semua membuatku sangat bersyukur dan bertekat untuk selalu berbakti kepadanya. Dan ketika datang panggilan untuk belajar di luar negeri, hatiku merasa sangat berat harus berpisah dan meninggalkan ibu sendiri. Namun ibu menguatkanku dan memintaku agar selalu tegar.

Ketika melepas kepergianku, dengan berlinang air mata ibu berkata ; “Jagalah dirimu baik-baik wahai anakku, berdoalah selalu kepada Allah agar selalu memberikan cahaya terang pada semua jalan yang kau lalui, sehingga kelak kau bisa pulang dengan selamat, dan ibu akan selalu menantikanmu.”

Aku berhasil menyelesaikan studiku dengan waktu yang cukup lama dan melalui perjuangan keras di negeri orang. Aku pulang dengan perubahan yang cukup besar. Peradaban dunia barat telah banyak mempengaruhi kepribadianku, agama sudah tidak lagi menjadi panutan dalam hidupku. Aku memandangnya hanya sebagai sebuah produk budaya jaman baheula. Bagiku, agama adalah sebuah keterbelakangan. Aku hanya beriman pada hal-hal yang berwujud konkrit saja. Wal ‘Iyadzu billah.

Dengan berbekal ijazah dari pendidikan di negeri barat, tidak sulit bagiku untuk mendapatkan pekerjaan. Aku mendapat pekerjaan di perusahaan ternama di kota kelahiranku dengan posisi yang cukup terpandang. Aku mulai berfikir untuk mencari seorang isteri hingga akhirnya aku mendapatkannya tanpa kesulitan. Walaupun ibuku sudah memilihkan seorang gadis yang taat beragama, tapi aku tidak menghendakinya. Aku sudah menetapkan pilihan pada gadis impianku, seorang penyanyi club malam yang cantik, karena aku dari dulu menginginkan kehidupan yang gemerlap.

Belum genap sebulan sejak hari pernikahanku, isteriku berselisih paham dengan ibuku. Pada waktu itu, aku baru pulang dari bekerja, tiba-tiba isteriku menyambutku dengan isak tangis, aku menanyakan mengapa dia sampai menangis seperti itu, lalu ia menjawab, “Ibumu memusuhiku di rumah ini,” mendengar hal itu kesabaranku hilang. Aku kalap dan mengusir ibuku dari rumah, ibu pergi meninggalkan rumah tanpa membawa bekal apapun, dan sambil menangis ia berkata, “Mudah-mudahan Allah membahagiakanmu wahai anakku.”

Beberapa saat kemudian emosiku mulai mereda. Aku berlari keluar mencari ibuku tapi tak kutemukan, aku kembali ke rumah dengan perasaan gundah, namun isteriku mampu meredam kegundahanku dan membuatku lupa dengan ibuku. Sudah hampir setahun aku tak mendengar kabar tentang ibuku. Dalam rentang waktu tersebut aku terkena penyakit yang cukup parah sehingga terpaksa harus opname di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama. Rupanya ibuku mendengar kabar tentang keadaan diriku yang sedang sakit-sakitan, sehingga dia datang ke rumah sakit untuk menjengukku. Namun setibanya di rumah sakit, dia diusir oleh isteriku yang kebetulan juga sedang berada disana waktu itu.

Setelah sekian lama dirawat di rumah sakit, akhirnya akupun diperbolehkan pulang, dan hanya menjalani rawat jalan. Namun aku sangat terguncang ketika mendapati kenyataan bahwa aku kehilangan pekerjaan karena sudah tidak mampu lagi melaksanakan tugas-tugas dari perusahaan. Aku juga kehilangan rumah, dan hutangku menumpuk, semua itu akibat ulah isteriku yang banyak permintaan dan gaya hidupnya yang besar pasak daripada tiang.

Sampai pada suatu ketika, isteriku mendatangiku dan berkata dengan kasar, “Setelah sekian lama kamu kehilangan pekerjaan dan harta bendamu, serta kedudukan di tengah-tengah masyarakat, hidupku jadi merana. Maka hari ini aku ingin berterus terang kepadamu. Aku tak menginginkanmu lagi… ceraikan aku.” Kata-katanya sungguh pedas menyengat, bagaikan petir yang menyambar kepala.

Tanpa pikir panjang, seketika itu juga aku menceraikannya. Aku merasa seperti baru tersadar dari buaian mimpi yang cukup panjang. Aku pergi tanpa arah tujuan yang jelas. Berhari-hari aku mencari ibuku hingga akhirnya aku menemukannya. Dia tinggal bersama seorang rahib yang makan dari hasil sedekah. Aku datang menemuinya, wajahnya pucat pasi karena terlalu banyak menangis, begitu melihatnya aku langsung bersimpuh di kedua kakinya, aku menangis memohon maaf pada ibu karena telah membuatnya terlantar.

Aku memohon kepada ibuku untuk bersedia tinggal bersamaku di rumah kontrakanku yang sangat kecil. Aku berjanji pada diriku untuk berbakti kepadanya dan merawatnya dengan penghasilan yang halal walau tak seberapa. Aku bersumpah untuk hidup di jalan Allah, untuk menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Kini aku hidup dalam hari-hari yang indah bersama ibuku tercinta, mudah-mudahan Allah menjaganya. Dan aku bermohon kepada Allah untuk mengampuni segala dosa dan kesalahanku selama ini.


bisnis baru ustad yusuf mansur