Mustaffa,
seorang pria yang tinggal di Maroko, telah lama hidup dalam kesesatan,
meninggalkan agama dan hidup di jalan yang tidak diridhoi Allah SWT. Dia tidak
pernah berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dalam kehidupannya
sehari-hari selalu dipenuhi dengan syahwat duniawi.
Sudah
bertahun-tahun lamanya Mustaffa tidak pernah lagi mengunjungi masjid dan tidak
pernh bersujud kepada Allah meski hanya sekali. Bahkan tata cara shalat dan
bacaan-bacaan ayat suci pun dia sudah tidak kenal lagi. Sehingga Allah
menghendaki taubatnya di tangan puteri semata wayangnya.
Beberapa
waktu yang lalu, kami datang mengunjungi Mustaffa untuk memintanya berbagi
kisah taubat dari dirinya agar bisa diteladani oleh mereka yang sedang berusaha
untuk taubat dan kembali ke jalan Allah.
Dia
pun menceritakan kisahnya:
Aku
berasal dari keluarga yang cukup mapan dan taat beragama. Menikah di usia 23
tahun dengan Khadijah, seorang wanita tetangga desaku, dan setahun kemudian
dikaruniai seorang puteri yang kami beri nama Fatimah. Hidup kami serba
berkecukupan, karena orang tuaku berlimpah materi. Namun sepeninggal mereka,
awan kelabu menyelimuti kehidupan kami sehari-hari. Aku tidak terbiasa bekerja,
sehingga untuk menyokong kehidupan kami, tidak bisa lain selain memakan harta
warisan orang tua. Perlahan-lahan harta keluarga pun semakin menyusut.
Aku
pun menjadi kalut dan mulai mencari pelarian. Aku mulai terbiasa
bermabuk-mabukan, dan biasa begadang sampai pagi bersama teman-temanku untuk bersenang-senang
dan bersenda gurau, melupakan segala permasalahan kehidupan yang seharusnya
dicari solusinya. Aku tinggalkan isteriku dalam kesendirian dan kesusahannya
menghadapi kerasnya kehidupan ini. Isteriku yang sabar dan setia sudah habis
akal dan tak mampu lagi menasihati diriku yang sudah tak mempan lagi diberi
nasihat.
Pada
suatu ketika, aku baru pulang dari begadang dan mabuk-mabukan, jarum jam
menunjukkan pukul 03.00 dini hari, aku lihat isteri dan puteri kecilku sedang
terlelap tidur di kamarnya. Lalu aku masuk kamar sebelah untuk menghabiskan
sisa-sisa malam dengan melihat film-film porno melalui video, itulah waktu
dimana dalam keadaan setengah sadar aku merasa Allah azza wajalla turun dan
berkata; “Adakah orang yang berdoa sehingga aku mengabulkannya? Adakah orang
yang meminta ampun sehingga aku mengampuninya? Adakah orang yang meminta
kepadaku sehingga aku memberinya.”
Tiba-tiba
pintu kamar terbuka dan kulihat puteri semata wayangku yang belum genap berusia
5 tahun masuk dan berjalan ke arahku. Dia menatapku dan berkata : “Ayah, ini
adalah suatu aib bagimu, takutlah kepada Allah,” dan mengulanginya sampai tiga
kali kemudian ia berbalik pergi, dan menutup pintu.
Aku
terkejut lalu aku matikan video. Bagaikan sedang bermimpi, antara percaya dan
tidak, kukejap-kejapkan mataku. Aku duduk termenung dan kata-kata puteriku
terngiang-ngiang terus di telingaku, lalu aku bergegas keluar mengikutinya tapi
dia sudah kembali lagi ke tempat tidurnya. Kupandangi dia, betapa lelap dan
damai tidurnya.
Aku
merasa hari ini sangat aneh, tidak faham apa sebenarnya yang sedang terjadi
padakku. Apakah karena aku masih terlalu mabuk? Entahlah. Tak lama kemudian
terdengar suara adzan dari masjid dekat rumah yang memecah keheningan suasana,
menyerukan kepada seluruh umat muslim untuk menjalankan shalat subuh.
Dan
untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku berwudhu lalu pergi ke masjid.
Aku tidak begitu bersemangat untuk shalat, hanya saja karena kata-kata puteriku
masih terngiang di telingaku dan membuatku gelisah, maka aku pun berdiam
sejenak di masjid untuk mendapatkan sedikit ketenangan.
Shalat
dimulai, imam bertakbir dan membaca beberapa ayat Al-Qur’an. Ketika dia
bersujud, akupun ikut bersujud di belakangnya. Inilah sujud yang pertama kali
ku lakukan kepada Allah azza wajalla setelah sekian lama aku meninggalkan-Nya.
Dan
saat itulah aku tak kuasa menahan perasaan dan menangis sekeras-kerasnya. Aku
tak tahu mengapa aku menangis. Selesai shalat, orang-orang di sekitarku
berusaha menenangkanku, lalu sebagian dari mereka mengantarku pulang.
Ternyata
tangisan tadi adalah awal pembuka kebaikan bagiku, tangisan itu telah membuatku
lega, membuang semua apa yang ada dalam hati dan pikiranku berupa kekafiran,
kemunafikan dan kerusakan. Aku merasakan bulir-bulir keimanan mulai meresap
kembali kedalam jiwaku.
Sesaat
kemudian aku pergi ke rumah Thayib, teman masa kecilku. Ketika bertemu dengan
temanku, dia heran melihatku datang mengunjunginya setelah sekian lama tidak
pernah berkunjung walau rumah kami hanya terpisah oleh sebuah sungai kecil.
Ketika dia menanyakan kabar dan keadaanku, aku pun menceritakan apa yang
kualami semalam, kemudian dia berkata ;”Bersyukurlah kepada Allah yang telah
menggerakkan puteri kecilmu untuk menyadarkanmu dari kelalaianmu sebelum datang
kematianmu.”
Menjelang
waktu dzuhur, aku merasa sangat lelah karena belum tidur sejak malam. Lalu aku
pamit kepada Thayib, dan aku pulang ke rumah untuk beristirahat. Aku ingin
cepat-cepat melihat Fatimah, puteriku yang telah menjadi penyebab hidayahku dan
kembaliku kepada jalan yang diridhoi Allah.
Aku
bergegas masuk ke rumah namun disambut oleh isak tangis isteriku, lalu aku
bertanya, “Ada apa denganmu, Khadijah?” jawaban yang keluar darinya bagaikan
petir yang menyambar di siang bolong, “Puterimu, Fatimah telah meninggal dunia.”
Betapa
terkejutnya diriku, dan aku tak kuasa menahan tangis. Setelah diriku tenang,
aku sadar bahwa apa yang menimpku semata-mata ujian dari Allah azza wajalla
untuk menguji keimananku. Aku mengangkat gagang telepon dan menghubungi temanku
Thayib. Aku memintanya datang untuk membantuku.
Temanku
datang bersama isterinya dan beberapa tetangga. Mereka kemudian membawa
puteriku, memandikannya dan mengafaninya lalu kami menshalatkannya dan
membawanya ke pemakaman.
Thayib
berkata padaku:
“Tidak
ada orang lain yang pantas memasukkannya ke liang kubur kecuali dirimu.” Lalu
aku mengangkat Fatimah dengan berlinang air mata dan meletakkannya di liang
kubur.
Aku
merasa bagaikan telah mengubur cahaya yang selama ini menjadi lentera bagi
gelapnya ajlan hidupku. Aku bermohon kepada Allah SWt agar menampuniku dan
menerima Fatimah dan menempatkannya di tempat terindah di surga, dan memberi
balasan kebaikan kepada isteriku yang penyabar.
bisnis baru ustad yusuf mansur
bisnis baru ustad yusuf mansur