Ini
adalah kisah seorang pendosa yang telah melakukan perbuatan dosa selama
berpuluh-puluh tahun lamanya, namun dengan ketulusannya dalam bertaubat telah
menyelamatkan berpuluh-puluh ribu jiwa.
Dalam
sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil
pernah ditimpa musim kemarau panjang, sebuah musim kemarau yang sangat berbeda
dari musim-musim kemarau sebelumnya. Musim kemarau yang menimpa mereka kali ini
sungguh sangat menyengsarakan bagi semua makhluk hidup yang ada di muka bumi.
Sumber-sumber air semua mengering, pohon-pohon dan rumput banyak yang mati, dan
semua ternak kehilangan sumber pangan dan minumnya, manusia tidak bisa lagi
mendapatkan susu dari ternak-ternak mereka.
Begitu
dahsyatnya musim kemarau kali ini, membuat mereka putus harapan sehingga mereka
berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: “Wahai kalamullah, tolonglah kami
para hamba yang tidak berdaya ini, doakan kami ke pada Tuhanmu supaya Dia
berkenan menurunkan hujan untuk kami!”
Nabi
Musa as mendengarkan permintaan mereka kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama
kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke sebuah tanah lapang. Dalam
sebuah penghitungan disebutkan bahwa jumlah mereka yang berangkat untuk menuju
ke tanah lapang tersebut pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.
Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as pun mulai
berdoa.
Diantara
isi doanya itu adalah: “Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah
kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang
masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang
sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat
cerah dan matahari semakin panas.”
Kemudian
Nabi Musa as melanjutkan, “Tuhanku, jika seandainya Engkau sudah tidak lagi
menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mngharapkan keberkatan Nabi
yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.”
Allah
mendengarkan doa Nabi Musa as, kemudian kepada Nabi Musa as Allah menurunkan
wahyu-Nya yang isinya:
“Aku
tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu
mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang
yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh
tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang
yang hadir di tempat ini! Orang itulah yang telah menjadi penyebab terhalangnya
turun hujan untuk kamu semuanya.”
Nabi
Musa kembali berkata: “Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku
juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah
mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?”
Allah
berfirman: “Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan
menyampaikannya kepada mereka!”
Nabi
Musa as menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as pun
segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: “Wahai engkau seorang hamba yang
durhaka yang secara terang-terangan melakukan perbuatan dosa bahkan lamanya
sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, karena
kamulah yang menyebabkan hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami
semuanya!”
Begitu
mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu pun berdiri
sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi, sama sekali dia tidak melihat
seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahwa
yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri.
Di
dalam hatinya dia berkata: “Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan
terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum
Bani Israel, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama
mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT.”
Setelah
berkata demikian di dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di
balik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya selama
ini. Kemudian dia berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu
selama lebih dari empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan
kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang menghadapMu dengan penuh ketaatan
maka terimalah taubatku ini.”
Tidak
berapa lama setelah lelaki itu mengucapkan doanya, datanglah angin yang bertiup
sambil membawa awan yang terlihat bergumpalan di langit, seiring dengan itu
hujanpun turun dengan lebatnya di segala penjuru bagaikan ditumpahkan langsung
dari atas langit. Mereka menyambutnya dengan sukacita, tumbuh kembali harapan
hidup mereka, dan mereka pun berujud syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang
telah diberikan-Nya.
Melihat
keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: “Tuhanku, mengapa Engkau memberikan
hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar
dari rombongan ini serta mengakui akan dosa-dosa yang telah dilakukannya?”
Allah
berfirman: “Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga disebabkan oleh taubat
dari orang yang sebelumnya menjadi penyebab Aku tidak menurunkan hujan kepada
kalian.” Kemudian Nabi Musa berkata: “Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku siapa
sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?”
Allah
berfirman: “Wahai Musa, dulu ketika orang itu durhaka kepada-Ku, Aku tidak
pernah membuka aibnya. Apakah sekarang Aku akan membuka aibnya setelah dia
bertaubat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang
yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?”
bisnis baru ustad yusuf mansur
bisnis baru ustad yusuf mansur